Jumat, 09 November 2012

PUISI

Pahlawan Kehidupan
Karya : Nur Wachid

Ku lihat kau berbuat
Ku dengar kau berbicara
Ku rasakan kau merasakan
              Mata binar tak khayal menjadi panutan
              Sejuk terasa haluan kata – katamu
              Menjadi sugesti pada diri kami
              Hingga jiwa ini tak sanggup berlari
              Menjauhi jalan hakiki
Lelah dirimu tak kau risaukan
Hiruk pikuk kehidupan mengharu biru
Itu jasa tentang pengabdian
Bukan jasa tentang perekonomian
Semangatmu menjadi penghidupan
Untuk kami menjalani kehidupan
              Jangan pernah kau bosan
              Jadi haluan panutan
              Meski pertiwi dalam kesengsaraan
              Kaulah pelita cahaya kehidupan
Terima kasih untukmu
Sang pahlawan kehidupan




Aku
Karya : Nur Wachid

Aku berdiri ditengah penjuru
Aku besar dengan nama itu
Aku bukan manusia
Aku hanya sebuah kata
              Namaku lambang kecerdasan
              Namaku membunuh kebodohan
              Betapa hebatnya aku ?
              Tak ada yang menandingiku
Sampai ini ku tak merasa hebat
Ini kali ku menangis
Bukan yang pertama
Bukan yang kedua
              Tiada pemakai namaku
              Yang menjadikanku hebat
              Disana – sini kebodohan
              Belum terbunuh olehku
              Tangisan ini penuh pilu
              Belum banyak kecerdasan
              Yang bertaburan
Jadilah pahlawanku anak negeri
Hentikan pilu tangisku
Buatlah aku tersenyum
Merasa bangga akan namaku




Lilin Kegelapan
Karya : Nur Wachid  

Titik air menitik
Berbaris jarum jam berdetik
Tak henti dalam putaran waktu
Menembus masuk roda itu
              Menjadi pilar generasi penerus
              Bermuara menjelma sebagai arus
              Berbaris ditengah tangisan pertiwi
              Tak buat henti langkahkan kaki
              Baktiku hanya tuk negeri ini
              Ku akan jadi lilin ditengah kegelapan
              Melawan segala kemunafikan
              Semangatku bagai pejuang 45’
              Penerus cita – cita pahlawan kita
Wahai sang guruku
Tuntunlah aku menjadi aku
Jasamu tak tampak mata
Berwujud dalam hati sanubari
              Titik air menitik
              Ilmu mu kan ku petik
              Bukan buat negara munafik




Baca Tulis
Karya : Nur Wachid

Senja meradang kerinduan
Goresan pena menyayat kalbu
Tangisanku tak membuat pilu
Hei .. wahai pemimpinku
Pandanglah aku yang kusut ini
Duduk di sekolah ku tak bisa
Bagaimana ku tak bisa bodoh ?
Hiduppun beralas tanah
Tidurpun beratap langit
Ahhh,....
Bosan ku tak dapat membaca
Bingung ku tak dapat menulis
Seandainya ada pemimpin menangis
Pasti ku dapat baca tulis




     Do’a dan Harapku
Karya : Nur Wachid

Fajar pagi tampak layuh
Sinarnya tak tampak
Jangan kau melihat itu
Bagiku itu palsu
Ku hanya ingin semangatmu
Bukan ingin egomu
Langkahkan kakimu anak didikku
Cepat dan semakin cepat
Sekali jangan buat lambat
Beribu – ribu kata akan tersendat
Besar sungguh harapku
Pada anak berpacu dengan waktu
Do’a ku selalu iringi langkahmu




Taman Ilmu
Karya : Nur Wachid

Musim kemarau panas berkepanjangan
Musim penghujan hujan berdatangan
Itulah hebatnya dirimu
Panas hujan tetap buat kau berdiri
Kau hanya tumpukan bata merah
Tulang mu hanya dari besi
              Seindah dirimu namamu sama
              Seburuk bentukmu tak kurangi gunamu
              Kaulah taman kehidupan
              Tempat tertanam berjuta ilmu
              Bunga merekah terlahir darimu
              Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu
              Tanpamu semua tampak bodoh
Alangkah indahnya .....
Jika dirimu berdiri dimana – mana
Tanpa ada beda di desa dan kota
Sayangnya kau bukan manusia
Kakimu tertanam di bumi
Tak dapat jalan kemana – mana









Ketika Feri tak mau Sekolah [Puisi]

Nak, niatmu menyakitkan Bapak
Kenapa kau pilih uang, bukan ilmu?
Apa ilmu saat ini tak lagi cerdaskanmu?

Nak, kini bersekolah mudah
Apakah gratis yang digaungkan pemerintah tidak membuatmu terhibur?
Apalagi calon pemimpin sedang berkoar-koar ingin serta memajukan pendidikan di negeri ini

Nak, urungkan niatmu segera
Belum waktunya kau mendulang nasib di kampung orang
Usiamu belum cukup untuk berperang melawan ideologi

Cukuplah kau di sini bersama Bapak
Garut, 05 September 2012
23.57 WIB

















Pendidikan Untuk Siapa?
Doni Swadarma

Pendidikan, apa khabarmu hari ini?
Di tengah silih bergantinya istilah hebatmu CBSA, KBK, KTSP entah apa lagi nanti
Namun masih terasa ganjalan di benakku
Untuk siapakah engkau dinikmati?

Upik pengamen cilik, Ni’an tukang asongan, Topan preman prapatan
Mereka bukan anak sekolahan
Mereka punya sebuah mimpi,
mimpi yang sederhana : bisa makan setelah kecapean

Sementara itu.... .di sekolahnya orang-orang penting
Yang tarifnya bikin kepala pusing
Michele, David dan Tobing asyik browsing sambil outting
Fasilitasnya lengkap ada yang backing

Selesai sekolah mereka kuliah
Di kampus tercinta dambaan semua
Bukannya cerdas akal dan jiwa
Bullying dan kekerasan malah mewabah!

Setelah lulus, mereka bekerja
Menjadi Menteri, direktur, birokrat, politisi atau pengusaha
Tapi mengapa bukannya membangun negeri tercinta
Sudah berpenghasilan tinggi, masih korupsi juga!

Aku bingung aku resah
Dimanakah letaknya salah
Sudah sekolah sudah kuliah
Keluar-keluar kok malah jadi lintah

Kami yang ada di sini
Cuma bisa jadi pemimpi
Bermimpi sepuas hati
Setelah bangun menangis lagi

Bukan itu yang kuharapkan
Pendidikan yang bisa merubah
Semua kezholiman menjadi keadilan!
















Guruku
(Nia Kania A. A.)

Engkau Guruku yang lahir dari ketulusan dan jiwa luhur
Membimbingku menatap luasnya ilmu dan dalamnya pengetahuan
Menuntunku dalam ketakwaan, kesopanan, kesusilaan dan adab yang luhur
Engkau mengajarkan tutur kalimat indah yang lembut
Menaburkan benih-benih kasih yang tiada lelah

Guruku,
Engkau adalah penumbuh kuat sayapku agar bisa terbang jauh menuju luasnya dunia
Engkau adalah obor dikala gelap pengetahuanku menemui kepekatan
Enam tahun sudah aku menimba ilmu
Enam tahun sudah aku dan teman-temanku kau tuntun dengan kesucian jiwamu
Setiap lembar kertas kutulis darimu untuk bekal menyongsong masa depan
Agar aku dan teman-temanku kuat menapak mantap meraih kemenangan

Kini saatnya kuucapkan rasa terima kasihku yang tiada tara
Kupersembahkan hadiah sebait puisi untukmu
Agar menjadi kenangan diantara kita bahwa pernah terjalin sebentuk kasih
Perpisahan ini bukanlah putusnya hubungan kita
Tetapi aku ingin melangkah menuju jenjang yang lebih tinggi
Aku akan selalu mengenangmu seputih jiwamu
Semoga Allah membalas semua kebaikan dan kebijaksaanmu
Semoga Allah membalas semua ketulusanmu dan pengabdianmu

Bacalah puisi guru tersebut dengan sepenuh hati. Anda tentu akan merasa bahwa kita tentu akan mencintai guru kita atas apa yang sudah mereka lakukan untuk kita. Puisi guru tersebut dapat mewakili rasa terima kasih kita untuk guru.

Puisi Ibu Guru
(Muhammad Yasri)

Jasamu tak pernah engkau ingat
Tak pernah engkau pinta
Oh ibu guruku
Teringat akan senyumanmu saat aku khilaf
Senyuman peringatanmu

Wajahmu yang begitu berseri
Seakan akan mengerti maksud dari hatiku ini
Tiada tempat aku mencurahkan perasaanku selain padamu
Oh ibu guruku

Ibu, engkau memang benar,
Engkau memang pahlawan tanpa tanda Jasa
Engkau mengajarkanku membaca dengan penuh keikhlasan
Engkau membimbingku dengan penuh perhatian
Hingga aku mampu melantunkan kata-kata seperti ini

Jasamu begitu besar
Begitu bermakna
Oh ibu guruku
Aku sangat ingin memberikanmu sesuatu saat engkau jauh
Saat aku tak lagi kau bimbing
Namun akan selalu kuingat wajah berserimu..

Percayalah sungguh akan sangat bermakna hidupmu ibu
Jadilah selalu orang yang mengajarkan kami membaca
Sungguh kami akan selalu menodakanmu
Kami akan selalu mengenangmu dalam setiap langkahku
Oh ibu guruku...
Puisi Guru Tentang Rasa Terima Kasih Untuk Guru




Tidak ada komentar:

Posting Komentar